Selalu Ada Sahabat Dalam Kehidupan

06.00
Saat sahabatmu meninggalkanmu


Jika dirimu sekarang lagi bersedih karena sahabatmu meninggalkanmu, tegakkan wajahmu, dan tersenyumlah. Itu adalah obat pelipur lara terbaik untuk mengingat bahwa saat masalah menghampirimu, dipastikan ada kebahagiaan yang sedang menantimu untuk dijemput. Seiring berjalannya waktu, kita sendiri akan mengalami masa pendewasaan. Tergantung sih, ada yang mau beranjak dewasa, dilihat dari sikapnya, ada yang tidak mau. Oke, pendewasaan diri itu juga akan mempengaruhi pertemanan kita. Satu geng dulu saat SMA, selepas SMA, mulai jalan sendiri-sendiri. Teman ngumpul asyik selepas kuliah, kini memiliki kesibukan masing-masing. Ya, semua ada waktunya kita harus melepas kepergian sahabat meraih impiannya. Namun, selalu ada sahabat baru yang akan menghampirimu.

Apa yang membuat diri kita sendiri dijauhi oleh sahabat?

Banyak alasan yang bisa dibahas. Namun, alangkah baiknya kita melihat ke dalam diri kita sendiri. Menurut dari wikihow bahwa penerimaan diri kita sendiri itu akan membuat hubungan pertemanan menjadi lebih baik. Penerimaan diri seperti apa? Ya, tentu menerima diri apa adanya, tidak menjadi seperti orang lain, tidak takut untuk ditegur sahabat dalam rangka memperbaiki diri. Jujur, saya sendiri pernah kehilangan sahabat karena hal mendasar ini. Saya mencoba mengunggulinya karena merasa tertekan disetiap obrolan dirinya yang selalu lebih dominan dalam hal apapun. Saya mencoba tidak perduli terhadap apapun yang dikritikkannya terhadap saya karena saya yakin dirinya pasti juga pernah melakukan salah namun belum diakuinya. Hingga akhirnya pertemanan harus berakhir begitu saja.

Dalam setiap kondisi persahabatan dipastikan juga selalu ada yang menjadi pendengar dan selalu ada yang menjadi orang banyak bicara dan banyak prestasi. Semestinya bisa disadari dengan keikhlasan kita bisa menjadi salah satunya atau bergantian memosisikan diri seperti itu. Kita juga dipastikan kecewa dalam setiap persahabatan karena tidak sedikit orang ingin dapat pujian, terlihat hebat, dan merasa dirinyalah yang paling segalanya. Namun, kita harus menerima diri sendiri dulu apa adanya. Jika memang akhirnya pembicaraan tidak pernah cocok lagi, kita sudah berusaha menjadi diri sendiri. Tidak ikut-ikutan apa yang sahabat kita lakukan. Hingga berakhirnya persahabatan memang karena ingin menjalani kehidupan pribadi masing-masing, bukan karena permasalahan saling mengintimidasi satu sama lain.

Apa cuma itu saja? Tentu tidak.

Setelah menerima diri sendiri, menjadi diri sendiri, tentu untuk tetap menjaga hubungan persahabatan itu dengan saling percaya satu sama lain. Hal ini cukup sulit. Jika kamu sudah mencapai usia setidaknya 18 tahun hingga 25 tahun. Semakin banyak orang sulit dipercaya. Karena setiap orang berpotensi mengkhianati apa yang telah kita berikan pada mereka. Seperti misalnya, seorang sahabat menjauhi lantaran kita secara tidak sadar telah mengambil haknya yang menurutnya paling berharga. Namun kita menganggap hal itu wajar. Mengambil ide misalnya. Seorang sahabat bercerita dirinya ingin membuka suatu bisnis kecil-kecilan. Kita tidak sadar tertarik, namun karena kurangnya komunikasi, sang sahabat menjalankan bisnisnya itu tanpa mengajak kita untuk ikut didalamnya. Hingga kita berpikir tidak ada salahnya untuk membuka bisnis serupa juga. Dengan alasan, agar disetiap pertemuan ada topik untuk diobrolkan bersama. Eh, ternyata hal tersebut menyakiti perasaan sahabat kita. Mungkin tidak langsung menjauh, namun sang sahabat enggan mendiskusikan apapun lagi bersama kita.

Saya pernah merasa seperti itu. Karena tidak sadar bahwa seringnya berdiskusi bersama, saya jengah menjadi pendengar saja. Ingin juga ikut serta mengisi obrolan diantara para sahabat. Hingga ikut melakukan upaya dalam pengembangan idenya namun dengan cara saya sendiri. Sang sahabat tahu, dan merasa sakit hati, tapi saya juga tidak kalah sakit hati, karena dirinya tidak mengikutkan saya dalam kesenangannya itu. Padahal hampir tiap hari bertemu. Ego masing-masing yang cukup besar inilah yang akhirnya meruntuhkan persahabatan. Saya harus mengalah dan menyingkir. Tidak tahan dibicarakan baik di depan dan dibelakang mereka.

Cukup bikin pusing kan? Tentu tidak, sekali lagi tidak.

Itulah proses pendewasaan diri. Mungkin memang kehidupan akan membenturkan kita terutama hal persahabatan. Hingga kita sendiri merasa harus mencari suasana baru. Ya, suasana baru itulah kita akan mendapati teman baru yang bisa menjadi sahabat baru juga. Yang mana kali ini, kita sudah mendapati bahwa kita telah menerima diri sendiri apa adanya, kita telah menjadi diri sendiri, dan kita telah sepenuhnya mampu mencoba untuk memberikan kepercayaan lagi. Hasilnya? Luar biasanya.

Itulah pengorbanan dalam hubungan persahabatan. Seiring bertambahnya usia dan seiring berjalannya waktu, banyaknya teman dekat yang menjadi sahabat akan tersingkir satu demi satu. Hingga akhirnya ada beberapa sahabat saja yang mau menghabiskan waktu bersama kita sepanjang usia. Dengan begitu jangan khawatir lagi, jangan bersedih lagi, jika kehilangan sahabat memang harus terjadi. Yang terpenting kita telah memberikan upaya yang terbaik yang bisa kita berikan. Karena tidak ada yang sempurna bahkan dalam menjalni hubungan pertemanan itu. Ya, semoga kamu bisa segera mencari sahabat baru. Atau bahkan mungkin, teman lama yang dulu bukanlah sahabat sekarang menjadi sahabat baru kamu. Atau malah yang semasa sekolah musuhan, sekarang bisa menjadi sahabat.

Semoga bermanfaat ya.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

1 comments:

Write comments
Unknown
AUTHOR
19 Juni 2015 pukul 08.31 delete Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
avatar